HERCULES
Bernama lengkap Hercules Rosario Marshal. Ia seorang
pejuang yang pro terhadap NKRI ketika terjadi ketegangan Timor-timur
sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Sosoknya yang berkarisma
hingga Hercules dipercaya pasukan TNI, di konflik Timor-timur kala itu,
memegang logistik oleh KOPASUS dalam operasi di Tim-tim.
Dalam
operasi di Tim-tim itu, Hercules tertimpa nasib yang kurang beruntung
hingga berakibat pada kondisi fisik dan penampilannya. Mata kanannya
cacat dan begitu juga tangan kanannya, hilang hingga siku. Musibah yang
dialaminya di Tim-tim kala membuatnya harus dirawat intensif di RSPAD
Jakarta hingga pulih.
Saat pulih, petualangannya di ibukota
Jakarta pun dimulai. Pengakuan Hercules, dirinya masuk ke Jakarta
sekitar tahun 1987. Awalnya Hercules berkecimpung di Hankam Seroja yang
menampung dan memberdayakan penyandang cacat seperti dirinya yang
mendapat luka cacat dalam Operasi Seroja di Timor-timur.
Di
Hankam Seroja, ia mendapatkan pelatihan keterampilan. “Saat itu saya
sudah main ke Tanah Abang dan setelah selesai di Hankam, saya ke Tanah
Abang lagi. Saya merebut daerah hitam dan di situ pertarungan sengit.
Hampir tiap malam ada orang mati,” kata Hercules.
Bersama
teman-temannya dari Timor Timur, Hercules mulai membangun daerah
kekuasannya di Tanah Abang. Dari kelompok kecil, hingga Hercules
membawahi sekitar 17.000 orang ‘pasukannya’ yang tersebar di seluruh
wilayah Jakarta.
Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi
Hercules yang di kenal sampai sekarang, ia jalani. Hidup di Jakarta
tepatnya di daerah Tanah Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah
Hitam’, seperti diungkapkan Hercules daerah itu disebutnya sebagai
daerah yang tak bertuan, bahkan setiap malamnya kerap terjadi pembacokan
dan perkelahian antar preman.
Hampir setiap malam pertarungan
demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di
kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel
di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa
menyerang,” ungkapnya
Rasanya tidak percaya Hercules menjadi
sosok preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah
Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya
tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya
sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya
sudah digantikan dengan bola mata buatan.
Tapi setiap kali nama
Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita
tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus
penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di
suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa
kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.
Belum
lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau
luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di
kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan
sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.
Banyak
cerita dari pria yang bernama lengkap Hercules Rozario Marshal ini.
Mulai sepak terjangnya ketika memulai menjadi preman di Jakarta, isu
kedekatannya dengan Prabowo Subianto, hingga pengakuannya yang kini
belum pernah membunuh orang dan soal mitos yang menyebut dirinya kebal
peluru.
Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini
Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran
antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Konon cerita, pernah
suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU,
tapi ternyata tak kunjung tewas.
Bahkan dalam suatu perkelahian,
sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi
tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia
memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui
Dalam.
Pada suatu kesempatan ada yang mencoba menanyakan salah
satu mitos yang beredar di kalangan masyarakat adalah apakah Hercules
kebal peluru? Dengan tersenyum Hercules, membantah hal itu. “Kita tidak
kebal peluru. Kita selalu selamat karena berbuat amal, membantu anak
yatim piatu. Doa mereka yang selalu membuat saya selamat,” uangkapnya.
Bantuan Sosial
Namun
kini, Hercules tak seperti dulu lagi. Di balik cerita-cerita seram
mengenai dirinya, jarang yang mengetahui bahwa ternyata Hercules adalah
penerima penghargaan Bintang Seroja dari pemerintah, saat bergerilya di
Timor Timur.
Di balik sosok dirinya yang sangar, ada sisi lain
yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran,
ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban.
Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban
kebakaran.
Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di
beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal
beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh
hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat.
Bahkan ada juga
bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi
lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan.
“Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu
penting,” ujar ayah tiga anak ini yang menyekolahkan ketiga anaknya di
sebuah sekolah internasional.
Mengenai pertobatannya, ia mengaku
mulai ia lakukan sejak tahun 2006 lalu. Kini Hercules menapaki dunia
bisnis di bidang perkapalan dan perikanan.
“Manusia hidup
sementara. Mati akan dipanggil satu-satu, tinggal menunggu kematian.
Sekarang, saya sadar, saya bertobat, masuk dunia bisnis dan membantu
manusia yang membutuhkan,” kata Hercules.
Hercules juga membuat
ormas yang disebutnya sebagai Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB).
Dengan ormas ini Hercules berharap dapat membantu masyarakat lainya yang
terkena musibah.
Soal kedekatan Hercules dengan Jenderal Prabowo
Subianto. Hercules tak menampik hal itu. Namun, kedekatan dirinya
dengan Prabowo mempunyai kedekatan emosional. Hal itu dikarenakan
dirinya bersama Prabowo adalah alumni dari Timor Timur. Ditambahkan,
beberapa orang yang terlibat semasa konflik di Tim-Tim juga diakui dekat
dengan dia, “Jadi bukan hanya Prabowo saja. Tidak ada hubungannya
dengan yang lain selain emosional,” terangnya.
Tak Pernah Membunuh
Diakui
Hercules, dia beberapa kali berurusan dengan kepolisian. Meski pernah
dipenjara beberapa waktu, Hercules mengakui hingga saat ini dirinya
belum pernah sekali pun melakukan tindakan pembunuhan dan pemerasan.
Dalam
kasus penyerangan ke kamar Jenazah RSCM, Hercules menyebutkan saat itu
ditahan selama 60 hari dan pada kasus penyerangan kantor Indopos,
dirinya ditahan selama 40 hari.
“Saya tidak pernah ditahan karena
membunuh orang, memeras orang. Nama saya di kepolisian masih bersih.
Mudah-mudahan tidak ada,” ucapnya.
Soal Premanisme
Dalam kasus
premanisme, ia punya penilaian, banyaknya preman yang muncul
dikarenakan masalah pendidikan dan tidak dimilikinya keterampilan untuk
berkembang. Namun jika preman itu melakukan tindakan kekerasan maka
adalah tanggung jawab kepolisian untuk menindaknya.
Biasanya
preman ini berakhir bekerja sebagai debt collector atau penagih utang.
Hercules pun juga mengakui dirinya pernah bekerja debt collector. ”Ya
kalau tidak dibayar ya saya tagih,” katanya.(*)
Sumber:
http://makassar.tribunnews.com/2012/03/06/hercules-basri-sangaji-dan-john-kei
Bernama lengkap Hercules Rosario Marshal. Ia seorang
pejuang yang pro terhadap NKRI ketika terjadi ketegangan Timor-timur
sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Sosoknya yang berkarisma
hingga Hercules dipercaya pasukan TNI, di konflik Timor-timur kala itu,
memegang logistik oleh KOPASUS dalam operasi di Tim-tim.
Dalam
operasi di Tim-tim itu, Hercules tertimpa nasib yang kurang beruntung
hingga berakibat pada kondisi fisik dan penampilannya. Mata kanannya
cacat dan begitu juga tangan kanannya, hilang hingga siku. Musibah yang
dialaminya di Tim-tim kala membuatnya harus dirawat intensif di RSPAD
Jakarta hingga pulih.
Saat pulih, petualangannya di ibukota
Jakarta pun dimulai. Pengakuan Hercules, dirinya masuk ke Jakarta
sekitar tahun 1987. Awalnya Hercules berkecimpung di Hankam Seroja yang
menampung dan memberdayakan penyandang cacat seperti dirinya yang
mendapat luka cacat dalam Operasi Seroja di Timor-timur.
Di
Hankam Seroja, ia mendapatkan pelatihan keterampilan. “Saat itu saya
sudah main ke Tanah Abang dan setelah selesai di Hankam, saya ke Tanah
Abang lagi. Saya merebut daerah hitam dan di situ pertarungan sengit.
Hampir tiap malam ada orang mati,” kata Hercules.
Bersama
teman-temannya dari Timor Timur, Hercules mulai membangun daerah
kekuasannya di Tanah Abang. Dari kelompok kecil, hingga Hercules
membawahi sekitar 17.000 orang ‘pasukannya’ yang tersebar di seluruh
wilayah Jakarta.
Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi
Hercules yang di kenal sampai sekarang, ia jalani. Hidup di Jakarta
tepatnya di daerah Tanah Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah
Hitam’, seperti diungkapkan Hercules daerah itu disebutnya sebagai
daerah yang tak bertuan, bahkan setiap malamnya kerap terjadi pembacokan
dan perkelahian antar preman.
Hampir setiap malam pertarungan
demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di
kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel
di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa
menyerang,” ungkapnya
Rasanya tidak percaya Hercules menjadi
sosok preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah
Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya
tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya
sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya
sudah digantikan dengan bola mata buatan.
Tapi setiap kali nama
Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita
tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus
penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di
suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa
kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.
Belum
lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau
luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di
kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan
sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.
Banyak
cerita dari pria yang bernama lengkap Hercules Rozario Marshal ini.
Mulai sepak terjangnya ketika memulai menjadi preman di Jakarta, isu
kedekatannya dengan Prabowo Subianto, hingga pengakuannya yang kini
belum pernah membunuh orang dan soal mitos yang menyebut dirinya kebal
peluru.
Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini
Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran
antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Konon cerita, pernah
suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU,
tapi ternyata tak kunjung tewas.
Bahkan dalam suatu perkelahian,
sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi
tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia
memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui
Dalam.
Pada suatu kesempatan ada yang mencoba menanyakan salah
satu mitos yang beredar di kalangan masyarakat adalah apakah Hercules
kebal peluru? Dengan tersenyum Hercules, membantah hal itu. “Kita tidak
kebal peluru. Kita selalu selamat karena berbuat amal, membantu anak
yatim piatu. Doa mereka yang selalu membuat saya selamat,” uangkapnya.
Bantuan Sosial
Namun
kini, Hercules tak seperti dulu lagi. Di balik cerita-cerita seram
mengenai dirinya, jarang yang mengetahui bahwa ternyata Hercules adalah
penerima penghargaan Bintang Seroja dari pemerintah, saat bergerilya di
Timor Timur.
Di balik sosok dirinya yang sangar, ada sisi lain
yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran,
ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban.
Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban
kebakaran.
Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di
beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal
beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh
hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat.
Bahkan ada juga
bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi
lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan.
“Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu
penting,” ujar ayah tiga anak ini yang menyekolahkan ketiga anaknya di
sebuah sekolah internasional.
Mengenai pertobatannya, ia mengaku
mulai ia lakukan sejak tahun 2006 lalu. Kini Hercules menapaki dunia
bisnis di bidang perkapalan dan perikanan.
“Manusia hidup
sementara. Mati akan dipanggil satu-satu, tinggal menunggu kematian.
Sekarang, saya sadar, saya bertobat, masuk dunia bisnis dan membantu
manusia yang membutuhkan,” kata Hercules.
Hercules juga membuat
ormas yang disebutnya sebagai Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB).
Dengan ormas ini Hercules berharap dapat membantu masyarakat lainya yang
terkena musibah.
Soal kedekatan Hercules dengan Jenderal Prabowo
Subianto. Hercules tak menampik hal itu. Namun, kedekatan dirinya
dengan Prabowo mempunyai kedekatan emosional. Hal itu dikarenakan
dirinya bersama Prabowo adalah alumni dari Timor Timur. Ditambahkan,
beberapa orang yang terlibat semasa konflik di Tim-Tim juga diakui dekat
dengan dia, “Jadi bukan hanya Prabowo saja. Tidak ada hubungannya
dengan yang lain selain emosional,” terangnya.
Tak Pernah Membunuh
Diakui
Hercules, dia beberapa kali berurusan dengan kepolisian. Meski pernah
dipenjara beberapa waktu, Hercules mengakui hingga saat ini dirinya
belum pernah sekali pun melakukan tindakan pembunuhan dan pemerasan.
Dalam
kasus penyerangan ke kamar Jenazah RSCM, Hercules menyebutkan saat itu
ditahan selama 60 hari dan pada kasus penyerangan kantor Indopos,
dirinya ditahan selama 40 hari.
“Saya tidak pernah ditahan karena
membunuh orang, memeras orang. Nama saya di kepolisian masih bersih.
Mudah-mudahan tidak ada,” ucapnya.
Soal Premanisme
Dalam kasus
premanisme, ia punya penilaian, banyaknya preman yang muncul
dikarenakan masalah pendidikan dan tidak dimilikinya keterampilan untuk
berkembang. Namun jika preman itu melakukan tindakan kekerasan maka
adalah tanggung jawab kepolisian untuk menindaknya.
Biasanya
preman ini berakhir bekerja sebagai debt collector atau penagih utang.
Hercules pun juga mengakui dirinya pernah bekerja debt collector. ”Ya
kalau tidak dibayar ya saya tagih,” katanya.(*)
Sumber:
http://makassar.tribunnews.com/2012/03/06/hercules-basri-sangaji-dan-john-kei
http://2.bp.blogspot.com/-6j3n-rsbC2U/UFGD8hUQpFI/AAAAAAAAAB4/ezuLX6CZUlo/s72-c/hercules+rosario+marshal.jpg